Selasa, 28 November 2017

Moral Sampah

Negeriku belakangan kembali mengalami krisis yang hebat, mulai dari krisis pangan hingga krisis kejujuran. Krisis pangan yang mengakibatkan saudara-saudara kami  kelaparan, sedangkan krisis kejujuran ialah modal penyambung untuk mengantarkan pada krisis pangan.

Sahabatku, tengoklah keluar! Buka matamu lebar-lebar. Lihat dan resapi apa yang terjadi di sana! Tidakkah kau lihat ulah siapa itu? Beribu manusia kelaparan, menggantungkan hidupnya di jalanan. Mereka yang dirumah sibuk menangisi diri sendiri. Sang ibu menggendong anaknya, sang bapak bersandar di pundak ibu. Lihatlah tungku mereka.. adakah bara api yang menyala?

Wahai sahabatku lihatlah! Apa yang telah engkau lakukan untuk mereka.. sudahkah membantu ataukah merusak kehidupan mereka. Sahabatku ayo bantu mereka. Hentikan perbuatan-perbuatan kita yang dapat menyusahkan mereka. Mari ulurkan tangan, berikan senyum pada mereka. Wahai pejabat, konglomerat, pemegang tahta rakyat. Kami titipkan kepercayaan ini kepadamu. Patuhi sumpahmu! Tepati janjimu.

Jangan biarkan ada darah, jangan biarkan ada luka. Negri kami bukanlah sarang penyamun, bukan pula sarang kecoa. Bukan tong sampah ataupun pembuangan sisa-sisa limbah. Jangan kau tutup nuranimu, bersihkan akal sehatmu. Tahan rasa laparmu demi kami.

Tegakkan hukum setegak-tegaknya, karna banyak kasus pelanggaran hukum di negeri ini karena adanya penyimpangan dalam mentaati aturan yanga ada. Jangan biarkan ini terus terulang. Jangan biarkan hukum melemah dan hilangnya norma keadilan.

Untuk apa gunanya sekolah tinggi kalau ujung-ujungnya korupsi. Bertahun-tahun mengikuti pendidikan namun tujuannya adalah nilai. Bukankah pendidikan sejatinya adalah menghilangkan dahaga dari ketidaktahuan menjadi tahu. Bukan dari lapar menjadi kenyang. Jangan nodai bangu sekolah dengan sikap-sikapmu.

Wahai penguasa beserta sahabat-sahabat karibmu, tanamkan pada diri kalian sifat jujur sejujur-jujurnya. Kami tahu bahwa hidup zaman ini memang susah. Untuk jujur saja susah apalagi untuk saling peduli. Entah kenapa kejujuran menjadi ancama? Zaman ini memang aneh, kejujura di cela dan dihina. Di anggap tak gaul tak mengikuti tren zaman. Kami gantungkan nasib kami kepadamu.

Pemimpin adalah pemegang tahta kerakyatan, pemegang amanat, pemegang cita-cita. Janganlah kau hina kami cela kami. Jangan biarkan dirimu menjadi rakus bagaikan bagai kambing yang sedang kelaparan. Ayo tegakkan kejujuran dan keadilan, perangilah kejahatan dan kebathilan. Tak usah takut ataupun gentar, kami ada di belakangmu. Doa kami menyertaimu. Ingatlah kelak engkau akan dimintai pertanggung jawabmu di hadapan sang Pencipta.

Tanamkanlah pada diri kita semua bahwasanya berbuat baik itu baik. Dan itu harus diterakan meskipun sakit. Karena kejujuran adalah kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar